ANDA INGIN DAPAT UANG

IKLAN

IKLAN

TENTANG SAYA

Makassar / Pinrang / Indonesia Komisi Gratis | Bisnis Online Tanpa Modal

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR MAMMAE By Udin

LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR MAMMAE

A. Pengertian
Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara. Ini adalah jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita. Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari 1 di antara 1000. Pengobatan yang paling lazim adalah dengan pembedahan dan jika perlu dilanjutkan dengan kemoterapi maupun radiasi (www.id-wikipedia.com, diakses tanggal 23 desember 2008)
Ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali, inilah yang disebut kanker payudara. Sel-sel tersebut dapat menyerang jaringan sekitar dan menyebar ke seluruh tubuh. Kumpulan besar dari jaringan yang tidak terkontrol ini disebut tumor atau benjolan. Akan tetapi, tidak semua tumor merupakan kanker karena sifatnya yang tidak menyebar atau mengancam nyawa. Tumor ini disebut tumor jinak. Tumor yang dapat menyebar ke seluruh tubuh atau menyerang jaringan sekitar disebut kanker atau tumor ganas. Teorinya, setiap jenis jaringan pada payudara dapat membentuk kanker, biasanya timbul pada saluran atau kelenjar susu (www.pitapink.com, situs resmi Yayasan Kanker Payudara Jakarta, diakses tanggal 24 desember 2008).
B. Anatomi Fisiologi

Keterangan
1. Jaringan kelenjar mammae
2. Lemak belakang mammae
3. Selubung subcutan memisahkan mammae dari kulit diatasnya.
4. Septa fibrosa ligamentum cooperi yang memfiksasi mammae pada kulit diatasnya.
5. Lapisan lemak dan M-Pectoralis di bawah facia profunda.

Untuk dapat mengenal perjalanan penyakit carcinoma mammae dengan baik dan memahami perawatannya yang baik maka sangat penting mengetahui anatomi mammae sehubungan dengan penyembuhan penyakit.
Mammae terletak pada hemitoraks kanan dan kiri dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Batas-batas payudara yang tampak dari luar :
a. Superior : iga II atau III
b. Inferior : iga III atau VII
c. Medial : pinggir sternum
d. Lateral : garis aksilaris anterior
2. Batas-batas mammae yang sesungguhnya :
a. Superior : hampir sampai klavikula
b. Inferior : garis tengah
c. Lateral : m.Latissimus dorsi
3. Struktur mammae :
Mammae terdiri dari berbagai struktur :
a. Parenkim epitel
b. Lemak, pembuluh darah, saraf dan saluran getah bening
c. Otot dan fascia
Parenkum epitalia di bentuk oleh kurang lebih 15 – 20 lobus yang masing-masing mempunyai saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya dan bermuara pada putting susu. Tiap lobus-lobus di bentuk oleh tubulus. Tubulus yang masing-masing terdiri dari 10 -100 asini group. Lobulus-lobulus ini merupakan struktur masing-masing terdiri dari 10 – 100 asini group. Lobulus-lobulus merupakan struktur daftar dari glandula mammae.
Mammae di bungkus oleh fasiapektoralis superficial dimana permukaan dan posterior dihubungkan oleh ligamentum cooper yang berfungsi sebagai penyangga .
C. Etiologi
Sebenarnya penyebab dari kanker mammae ini belum diketahui secara pasti. Namun dapat di cacat pula bahwa penyebab itu sangat mempengaruhi satu sama lain (E.M. Coppeland, 1991).
Ada beberapa factor yang merangsang atau memudahkan timbulnya atau terjadinya carcinoma mammae adalah :

1. Faktor endogen :
a. Hormon, diduga tidak adanya keseimbangan estrogen sehingga dapat menyebabkan carcinoma mammae. Oleh sebab itu carcinoma mammae lebih banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
b. Mendapat haid pertama kurang dari umur 10 tahun
c. Menopause setelah umur 50 tahun
d. Tidak pernah melahirkan anak serta tidak pernah menyusui
e. Melahirkan anak pertama sesudah umur 35 tahun
f. Ibu dan saudara dari penderita carcinoma mammae mempunyai kemungkinan yang lebih besar menderita carcinoma mammae.
g. Obesitas pasca maunopause
h. Pemakaian alkohol.
2. Faktor eksogen :
a. Disebabkan oleh tumor yang terjadi karena trauma yang berulang-ulang iritasi yang berjalan kronis oleh karena rangsangan oleh bahan-bahan kimiawi, zat pewarna, sinar radioaktif.
b. Pernah mengalami operasi pada payudara kelainan jinak atau tumor ganas mammae
D. Insiden
Di Indonesia, carsinoma mammae pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah carcinoma serviks uterus. Di Amerika Serikat carcinoma mammae merupakan 28 % kanker pada wanita kulit putih dan 25 % pada wanita kulit hitam. Kurva insidens usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini dapat dimukan pada usia 45 – 66 tahun. Insidens carcinoma mammae pada laki-laki hanya 1 % sedangkan pada wanita 80 % (Ramli, 1995).
Penyakit carcinoma, khususnya carcinoma mammae dapat ditemukan baik pada wanita maupun laki-laki, frekuensi bertambah terutama pada usia 30 – 35 tahun dan meningkat pada umur 30 – 50 tahun (www.kingfoto.com. akses tanggal 23 Desember 2008)
Kanker payudara merupakan penyebab kematian nomor 2 untuk perempuan di Indonesia (www.pitapink.com situs resmi Yayasan Kanker Payudara Jakarta , diakses tanggal 24 Desember 2008).

E. Patofisiologi
Carsinoma mammae biasanya timbul dari sel-sel yang berasal dari jaringan lobular, kanker ini dapat bersifat invasive (infiltrate) maupun noninfasif (in situ). Lebih jauh lagi kejadian kanker yang paling sering kejadiannya pada mammae adalah carcinoma ductul invasive di ikuti oleh lobular carsinoma infasif, carcinoma (in situ) memiliki insiden terkecil (Syamsuddin dan De Jong, 1997).
Di dalam ilmu kedokteran terdapat dua macam tumor, antara lain
1. Tumor jinak :
Tumor jinak tidak membahayakan jiwa manusia, kecuali jika tumor tersebut menekan alat-alat vital.
2. Tumor ganas :
Yang di sebut kanker, ada dua macam tumor ganas :
a. Carsinoma ini berasal dari sel epitel dan kulit atau selaput lender.
b. Carsinoma berasal dari jaringan ikat.
Cara pertumbuhan kanker :
Rudolf Virchow, (jerman), adalah seorang yang pertama kali menggunakan dasar penyakit adalah sel kanker tumbuh secara ganas.
1. Kanker tumbuh dari satu atau beberapa sel dalam badan yang sebabnya belum diketahui dan mengalami perubahan yang tidak normal. Kanker tumbuh secara lambat atau cepat dan masing-masing anak sel itu tumbuh menjadi sel kanker pula, sehingga lama kelamaan menjadi besar dan membentuk suatu benjelon yang disebut tumor.
2. Sesudah beberapa waktu sel kanker tumbuh kea rah permukaan atau jaringan sekitarnya, ini dikenal dengan sifat infiltrasi atau infasi. Untuk sementara waktu sel kanker berada disekitar sel asal penyakit masih terbatas local, ini di sebut stadium T. Stadium ini adalajh stadium permukaan dan masih di operasi atau diradiasi.
3. Stadium lanjut, beberapa sel kanker melepaskan diri oleh pembuluh limfe atau pembuluh darah kebagian yang lain di badan. Proses “metaphase” ini dalam keadaan masih punya alat untuk melindungi diri kemudian ditangkap oleh kelenjar limfe akan tumbuh kanker baru dan menjadi besar kadang-kadang dapat diraba dari luar. Stadium ini disebut pertumbuhan kanker regoanal disebut stadium “ N”.
4. Jika kanker dibiarkan dan tidak diobati, sel-sel kanker akan menyebar kebagian-bagian lain disebut metastase jauh atan stadium “M” .
Klasifikasi penyebaran TNM.
T
Tx = Tumor Primer tidak dapat ditentukan
TIS =Karsinoma insitu dan penyakit paget pada papila tanpa teraba tumor
TO = Tidak ada bukti adanya tumor primer
T1 = Tumor < 2 cm T2 = Tumor 2 – 5 cm T3 = Tumor > 5 cm
T4 = Tumor dengan penyebaran langsung ke dinding thorax atau ke kulit
dengan tanda udem, luka, peau, atau d’orange
N
NX = Kelenjar regional tidak dapat ditentukan
ND = Tidak teraba kelenjar aksila
N1 = Teraba kelenjar aksila homolateral yang satu sama lain atau melekat
pada jaringan sekitarnya.
N2 = Teraba kelenjar aksila yang satu sama lain atau melekat
pada jaringan sekitarnya.
N3 = Terdapat kelenjar mammavia interna homolateral
M
MX = Tidak dapat ditemukan metastase jauh
Mo = Tidak ada metastase jauh
M1 = Terdapat metastase jauh termasuk kekelenjar suptara klavikuler .
F. Manifestasi Klinik
1. Risiko tinggi :
a. Carsinoma dapat ditemukan metastase jauh
b. Bekas kanker payudara
c. Tidak ada anak atau anak pertama tertunda
2. Risiko dini : benjolan tunggal tanpa nyeri yang agak keras batas kurang jelas.
3. Tanda lama :
a. Retraksi kulit atau ariola
b. Retraksi atau inverse puting
c. Kelenjar aksila dapat diraba
d. Pengecilan mammae
e. Pembesaran mammae
f. Edema kulit
g. Fiksasi pada kulit atau dinding thoraks
4. Tanda akhir : Tukak, kelenjar supraklavikula di raba, edema lengan, metastase tulang, paru, atau tempat lain
Terdapat penilaian bahwa 90 % dari seluruh benjolan pada mammae dapat di deteksi oleh klien. Gejala klinis/ciri-ciri carcinoma mammae yang infiltrate :
1. Adanya massa yang payudara tanpa gejala atau dengan gejala yang sangat sedikit.
2. Lesi pada kuadran atas lateral, tumbuh progresif keseluruh arah.
3. Retraksi kulit.
4. Tidak dapat digerakkan dari dasar akibat perlengketan pada fasia dinding thorax.
5. Retraksi putting susu, keluar lender dari putting susu.
6. Metastase, kelenjar regional atau tumbuh yang jauh.
7. Keadaan umum klien lemah
8. Penyebarannya yang melalui saluran limfe dan pembuluh darah
Gejala dan tanda penyakit mammae :
1. Nyeri :
a. Berubah dengan daur, penyebab fisiologi seperti saat mentruasi
b. Tidak tergantung daur menstruasi, tumor jinak, tumor ganas, infeksi
c. Kenyal, kelainan fibrokistin
d. Lunak, lipoma
2. Perubahan kulit :
a. Bercawam, sangat mencurigakan karsinoma
b. Benjolan kelihatan, kista, karsinoma, fibroadenoma besar
c. Kulit jeruk, khas benjolan adalah kanker (tanda khas)
d. Kemerahan, infeksi (jika panas)
e. Tukak, kanker lama (terutama orang tua)
3. Kelainan putting :
a. Retraksi, fibrosis karena kanker
b. Infeksi baru, retraksi fibrosis karena kanker
c. Eksema, pelebaran duktus (ciri khas penyakit kanker)
d. Keluarnya cairan berwarna hijau, pelebaran duktus dan kelainan fibrokistik
e. Hemoragin, karsinoma

G. Tes Diagnostik
a. Mammografi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae, dapat untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
b. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
c. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
d. Ultrasonography
Untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae ultrasonography berguna untuk menentukan adanya kista, kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
e. Aspirasi
Pengaliran kista dan untuk mendapat preparat dan sediaan pemeriksaan sitologik.
f. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
H. Penatalaksanaan Medik
Pilihan pengobatan untuk kanker payudara tergantung pada tipe, ukuran dan lokasi tumor, juga karakteristik klinis. Terapi dapat termasuk intervensi bedah tanpa radiasi, kemoterapi dan terapi hormone. Penggunaan trasnplantasi sumsum tulang masih dalam penelitian.
1. Pembedahan
Tipe pembedahan secara umum dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu mastektomi radikal, inextektomi total dan prosedur lebih terbatas. Contoh: segmental., lumpektomi. Mastektomi adalah pengangkatan seluruh atau sebagian payudara disebabkan oleh kanker payudara stadium I dan II. Mastektomi total mengangkat semua jaringan payudara tetapi modifikasi mengangkat seluruh payudara atau seluruh nodus, kadang-kadang otot-otot, pektoralis minor dan mayor, limfe, ketiak. Lumpektomi dianggap tumor non metastatik bila kurang dari 5 cm ukurannya tidak melibatkan putting.
2. Radiasi
a. Terapi eksternal beam, melakukan kira-kira selama 5 minggu. Wanita mengalami masa perpanjangan kelelahan dan depresi oleh kanker katabolisme dan hilangnya jaringan.
b. Terapi interstitial, jarum iridium ditanamkan ke dalam payudara klien dan di bawah pengawasan anestesi umum.
3. Pengobatan kemoterapi, pemberian kemoterapi direncanakan berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembedahan-pembedahan dalam reaksi sel kanker dan normal terhadap obat sistotik. Kemotherapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada penyebaran secara sistemik dan juga dipakai sebagai terapi ajuvan.
Kemotherapi ajuvan diberikan kepada pasien yang pada umumnya yang ditemukan ada metastasis di beberapa kelenjar pada pemeriksaan hispatologi pasca bedah mastektomi. Tujuannya adalah menghancurkan mikrometastis di dalam tubuh yang biasanya terdapat pada klien yang kelenjar aksilanya sudah mengandung metastase, obat yang diberikan kombinasi giklofamid, metotreksa dan fluorourasil selama enam bulan pada wanita premanapouse sedangkan pada pascamenopouse diberikan terapi ajura hormonal berupa pada antiestrogen.
Terapi hormonal adalah bila penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemotherapinya karena efek lebih lama dan efek sampingnya kurang, tetapi tidak semua kanker peka terhadap terapi hormonal.
I. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Aktivitas/istirahat.
Gejala : aktivitas yang melibatkan banyak gerakan tangan/pengulangan pola tidur.
Makanan/cairan.
Gejala : nyeri pada sekitar luka

Integritas ego
Gejala : stressor konstan dalam pekerjaan, takut
tentang diagnosa, harapan yang datang
Keamanan
Gejala : massa nodul aksila, edema, eritema pda kulit sekitarnya.
Seksualitas
Gejala : masalah seksual misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan, multigravida lebih besar dari usia 30 tahun.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalahh pernyataan atau kesimpulan yang di ambil dari pengkajian tentang status kesehatan klien. Diagnosa keperawatan adalah diagnosa yang dirumuskan oleh perawat professional, menggambarkan status atau masalah kesehatan yang dirasakan oleh klien. Dari gejala yang timbul maka masalah keperawatan yang dapat muncul adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan penekanan saraf perifer
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan status kesehatan
c. Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang.
e. Defisit selfcare, kebersihan, berpakaian, makan/minum, eliminasi berhubungan dengan kelemahan fisik
f. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka
g. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
h. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit
i. Konstipasi berhubungan dengan tirah baring yang lama
j. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri

3. Perencanaan/Intervensi

1. NDx : Nyeri berhubungan dengan penekanan saraf perifer, trauma jaringan, pembentukan edema
Tujuan :
Klien akan melaporkan nyeri berkurang/teratasi dengan criteria :
a) Klien mengatakan nyeri hilang
b) Ekspresi wajah ceria
c) Vital sign dalam keadsaan normal
INTERVENSI:
1. Kaji keluhan klien, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas (0 – 10). Dan perhatikan reaksi verbal dan non verbal yang tunjukkan.
2. Monitor tanda-tanda vital.
3. Atur posisi yang menyenangkan.
4. Pemberian obat analgetik.
RASIONAL:
1. Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgetik, karena pengangkatan jaringan, otot dan system limfe dapat mempengaruhi nyeri yang alami.
2. Perubaha tanda-tanda vital dapat diakibatkan oleh rasa nyeri dan merupakan indicator untuk menilai keadaan perkembangan penyakit.
3. Perubahan posisi dapat mengurangi stimulasi nyeri akibat penekanan.
4. Analgetik berfungsi menghambat rangsangan nyeri dari saraf perifer sehingga nyeri tidak dipresepsikan.

2. NDx : Gangguan konsep diri berhubungan dengan biofisika, prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh.
Tujuan Klien akan menunjukkan konsep diri yang adekuat dengan criteria :
a) Penerimaan diri dalam situasi kritis
b) Pengenalan dan tidak mengaktifkan harga diri
c) Menyusun tujuan yang realistis dan secara aktif berpartisipasi dalam program terapi
INTERVENSI
1. Dorong untuk mengungkapkan pertanyaan tentang situasi saat ini dan harapan yang akan datang. Berikan dukungan emosional .
2. Dorong klien untuk mengekspresi-kan perasaan, misalnya marah, bermusuhan dan duka.
3. Kaji ulang kemungkinan untuk dibedah rekonstruksi atau pemakaian prostektif.
4. Berikan prostesis bila diindikasikan
RASIONAL:
1. Kehilangan payudara menyebabkan reaksi, termasuk perasaan perubahan gambaran diri, takut reaksi pasangan hidup terhadap perubahan tubuhnya.
2. Kehilangan bagian tubuh membu-tuhkan penerimaan, sehingga klien dapat membuat rencana masa depan.
3. Rekonstruktif memberikan sedikit penampilan tidak lengkap atau mendekati normal
4. Prostesis milon dan dakron dapat dipakai pada pra sampai insisi sembuh, bila bedah rekonstruksi tidak dilakukan pada waktu mastektomi sehingga meningkatkan penerimaan diri.

3. NDx : Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan :
Klien akan menunjukkan aktivitas intolerance yang adekuat, dengan kriteria :
a) Klien mampu beraktivitas sendiri
b) Klien tidak mengeluh sakit pada saat beraktivitas
INTERVENSI:
1. Kaji derajat imobilitas klien
2. Bantu klien dalam pergerakan pasif. kehangat distal pada fraktur.
3. Rubah posisi klien setiap 4 jam
4. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari..
RASIONAL:
1. Derajat imobilisasi merupakan pedoman untuk menentukan intervensi.
2. Membantu dalam pergerakan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kekakuan otot.
3. Mengubahan posisi dapat memper-lancar sirkulasi darah keseluiruh tubuh sehingga tidak terjadi kekakuan otot dan kerusakan kulit..
4. Kebutuhan klien dapat terpenuhi sehingga klien merasa diperhatikan.

4. NDx : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan :
Klien akan menunjukkan tidak adanya tanda-tanda ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dengan kriteria :
a) Nafsu makan baik
b) Porsi makan dihabiskan
c) Berat badan normal, sesuai dengan tinggi badan.
INTERVENSI:
1. Kaji nafsu makan.klien.
2. Kaji hal-hal yang menyebabkan klien malas makan
3. Anjurkan klien untuk makan porsi sedikit tapi sering.
4. Anjurkan dan ajarkan melakukan kebersihan mulut sebelum makan.
5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian TKTP.
RASIONAL:
1. Mengetahui sejahmana terjadinya perubahan pola makan dan sebagai bahan untuk melaksanakan intervensi.
2. Mendeteksi secara diri dan tepat agar mencari intervensi yang cepat dan tepat untuk penanggulangannya.
3. Porsi yang sedikit tapi sering membantu menjaga pemasukan dan rangsangan mual/muntah.
4. Menimbulkan rasa segar, mengurangi rasa tidak nyaman, sehingga berefek meningkatkan nafsu makan.
5. Makanan Tinggi Kalori Tinggi Protein dapat mengganti kalori, protein, dan cairan yang hilang dalam tubuh dan mengganti sel-sel, jaringan yang rusak serta dapat meningkatkan nafsu makan .

5. NDx : Devisit self care berhubungan dengan kelemahan fisik. .
Tujuan:
Klien akan menunjukkan perawatan diri yang adekuat, dengan criteria :
a) Klien merasa nyaman
b) Kulit, rambut bersih
c) Kuku pendek dan bersih.
INTERVENSI:
1. Kaji kemampuan rawat diri klien
2. Mandikan klien (lap Basah)
3. Potong kuku klien
4. Ganti alat tenun klien
5. Beri HE tentang pentingnya kebersihan diri.
RASIONAL:
1. Sebagai indicator tindakan perawatan selanjutnya
2. Memenuhi kebuituhan hygiene klien dan memberikan rasa nyaman dan segar.
3. Menghindari kemungkinan terjadinya infeksi pada kulit.
4. Alat tenun yang bersih dan rapi memberikan kenyamanan.
5. Mendorong klien untuk memenuhi kebutuhan kebersihan.

6. NDx : Risiko infeksi berhubungan dengan luka
Tujuan : Klien akan menunjuukkan tidak adanya tanda-tanda infeksi dengan kriteria: tidak ada panas, tidak ada edema, tidak ada rasa sakit, tidak ada kemerahan, Leucosit dalam keadaan normal
INTERVENSI:
1. Kaji tanda-tanda infeksi
2. Ganti balutan dengan mempertahan-kan teknik aseptik dan septik
3. Anjurkan klien agar tidak menyentuh area luka .
4. Pemberian antibiotik
RASIONAL:
1. Infeksi yang hebat dapat meng-ham-bat proses penyembuhan penyakit.
2. Menghindari perpindahan kuman dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam jaringan..
3. Meminimalkan kesempatan infeksi dan kontaminasi
4. Antibiotik dapat membunuh bakteri sehingga mempercepat pertumbuhan jaringan dan menghambat terjadinya infeksi.

7. NDx : Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan: klien akan mengatakan saya tidak cemas dengan kriteria :
a) Klien tidak bertanya tentang penyakitnya
b) Daerah akral tidak dingin
c) Tanda-tanda vitak normal
INTERVENSI :
1. Kaji tingkat kcemasan.
2. Beri informasi yang benar tentang penyakitnya.
3. Dengarkan keluhan klien.
RASIONAL:
1. Mengetahui sejauhmana tingkat kecemasan yang dirasakan sehingga memudahkan dalam melakukan tindakan yang sesuai.
2. Klien memahami dan mengerti tentang keadaan penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam perawatan dan pengobatan.
3. Klien merasa diperhatikan sehingga klien merasa aman dan tenang .

8. NDx : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit
Tujuan: Klien akan menunjukkan tidak adanya tanda-tanda kerusakan integritas kulit, dengan kriteria:
a.) Meningkatkan waktu penyembuhan luka
b.) Menunjukkan perilaku/teknik untuk meningkatkan penyembuhan.
INTERVENSI:
1. Kaji balutan/karakteristik.
2. Rubah posisi ke posisi semi fowler
3. Dorongan untuk menggunakan pakaian yang tidak sempit.
RASIONAL:
1. Penggunaan balutan tergantung luas pembedahan dan tipe penutupannya.
2. Meningkatkan risiko kontriksi, infeksi dan limpedema pada sisi yang sakit.
3. Mengurangi tekanan pada jaringan yang tertekan sehingga memungkinan memperbaiki sirkulasi

9. NDx : Konstipasi berhubungan dengan tirah baring yang lama
Tujuan : Klien akan mengatakan saya tidak kontipasi dengan kriteria :
a) Peristaltik usus meningkat
b) Buang air besar lancar
INTERVENSI:
1. Kaji kebiasaan buang air besar
2. Anjurkan klien minum banyak.
3. Anjurkan makan makanan berserat
4. Anjurkan klien melakukan mobilisasi ringan.
5. Beri obat laktasif.
RASIONAL:
1. Untuk mengetahui pola buang air besar sehingga mudah dalam memberikan tindakan yang sesuai.
2. Untuk mengimbangi peningkatan absorpsi air dimukosa usus sehingga faeces lunak.
3. Makanan berserat meningkatkan reabsorpsi usus untuk merangsang usus meningkat.
4. Mobilisasi ringan dapat merangsang mobilitas usus sehingga peristalti usus meningkat.
5. Obat laktasif kerjanya dapat merangsang defekasi.

10. NDx : Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
Tujuan:
Klien akan m,elaporkan kebutuhan istirahat tidur terpenuhi dengan criteria :
d) Klien tidak sering terbangun
e) Klien tidak susah tidur
INTERVENSI:
1. Kaji pola tidur klien
2. Beri posisi yang menyenangkan waktu klien akan tidur.
3. Ciptakan suasana tenang pada waktu klien tidur
4. Beri HE tentang pentingnya istirhat yang cukup.
5. Beri obat diazefam.
RASIONAL:
1. Untuk mengetahui cukup tidaknya waktu istirahat dalam 24 jam
2. Dapat mengurangi rangsangan pada hipotalamus sebagai pusat kesadaran.
3. Suasana yang tenang dapat membantu klien untuk memulai tidur.
4. Klien dapat mengerti dan mau melakukannnya sehingga mempercepat penyembuhan.
5. Diazepam berfungsi merelaksasikan otopt sehingga klien dapat tenang dan mudah untuk tidur.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marilyn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

E.M. Coppeland, 1991).Karakteristik penyebab Carcinoma Mammae.EGC. Jakarta

Ramli, 1995.Insiden Carcinoma Mammae.EGC. Jakarta

Syamsuddin dan De Jong, 1997.Karakteristik carcinoma mammae.EGC. Jakarta

www.id-wikipedia.com, diakses tanggal 23 Agustus 2008

www.kingfoto.com. akses tanggal 23 Desember 2008)

www.pitapink.com situs resmi Yayasan Kanker Payudara Jakarta , diakses tanggal 24 Desember 2008).
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

3 Response to "LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR MAMMAE By Udin"